Tangerang (Banten), SUARAKLATEN.id – Saat memasuki kawasan pesantren di seberang terminal Cimone, suasana kota Tangerang yang panas dan hingar bingar seketika sirna. Kami disambut dengan sopan oleh dua orang pria muda di aula lantai bawah yang menjadi bagian dari Masjid besar di kawasan pesantren yang menempati lahan seluas dua hektar.
Para santri lalu lalang di sekitar aula sambil menyambut orangtua masing-masing yang hari itu merupakan jadwal kunjung wali santri. Uniknya di antara para santri terdapat beberapa santri berwajah Indonesia timur. Ternyata mereka merupakan santri dari Papua dan NTT yang menjadi bagian dari santri yang mendapatkan bea siswa dari yayasan.
Salah seorang pria yang menyambut kami kemudian mempersilakan kami masuk ke aula. Sambil menyaksikan aktifitas para santri dengan orangtua masing-masing, kami mengobrol dengan santai penuh keakraban. Mereka merupakan pimpinan pondok Pesantren Tahfiz Ar Rahmah. Pesantren yang didirikan dua tahun lalu, baru berisi dua angkatan. Pesantren ini juga baru menyelenggarakan pendidikan tingkat Tsanawiyah atau setara sekolah menengah pertama (SMP). Kabarnya, akan didirikan sekolah lanjutan setingkat Aliyah (SMA).
Teguh Arif Deswandi, demikian ustad muda tersebut memperkenalkan namanya. Pria kelahiran kota kembang ini merupakan alumni dari Al Azhar Kairo, Mesir. Beliau didampingi oleh Ustad Fathul Islam, Kepala Divisi Kesantrian. Teguh Arif banyak bercerita tentang ikhwal berdirinya pesantren megah ini. Menurut pria rendah hati kelahiran 15 Desember 1980 ini, pengalaman semasa menempuh pendidikan di Kairo lah yang membawanya hingga ke titik perjalanan hidup saat ini.
Pria bergelar Lc ini berkisah, begitu lulus dari Pesantren Aliyah Persis Pejagalan Bandung tahun 2000, beliau mendapat kesempatan kuliah di Al Azhar dengan status bea siswa. Orangtua beliau sempat ragu, karena biaya hidup di Kairo menjadi tanggungan pribadi, pihak kampus hanya membebaskan biaya pendidikan. Untuk menutupi segala kebutuhan hidup sehari-hari di negeri Piramid ini, Teguh Arif menjadi kontributor wilayah Timur Tengah dari sebuah media massa yang berkantor di Bandung, Jawa Barat.
Situasi Kairo saat beliau menjejakkan kaki di sana sangatlah ketat. Pasca peristiwa Black September yang meluluhlantakkan New York, sangat mempengaruhi situasi Mesir. Para pendatang termasuk mahasiswa Indonesia menjadi sasaran filtrasi situasi genting saat itu. “Alhamdulillah, saya bisa diterima menjadi bagian dari penduduk Kairo yang begitu indah,” tutur alumni SMP Matla’ul Huda Bandung tahun 1995 ini.
Menurutnya, ada pepatah Mesir yang terkenal dan selalu diresapi oleh para Mahasiswa asal Indonesia yang bermukim di sana, “Siapa yang tak mampu menaklukkan Kairo, maka dia akan ditaklukkan oleh Kairo,” demikian ujarnya. Menurutnya, Kairo adalah kota indah, selain toleransi yang tinggi terhadap perbedaan kultur dan keyakinan, tipikal kota moderat juga menjadi ciri kota tua di negeri para raja bergelar Fir’aun pernah bertahta.
Pengalaman hidup yang dia dapat sejak tahun 2001 hingga 2008 itulah yang membentuk sebagian karakter dirinya hingga sekarang. Pada tahun 2007, Teguh Arif sempat pulang ke tanah air, lantas menikah dengan perempuan cantik pilihannya dan membawa sang isteri ikut ke Kairo untuk menyelesaikan pendidikannya hingga selesai setahun kemudian.
Kembali dari Kairo, pria yang disapa Ustad Teguh oleh para Santri, rekan guru dan para orangtua santri ini kemudian tinggal di Bandung. Ustad Teguh bekerja di sebuah perusahaan travel haji dan umroh sebagai pembimbing dan guide. Di luar pekerjaannya, pria yang memiliki hobby menulis ini membelah rumahnya menjadi dua bagian. Sebagian rumah sebagai tempat tinggal keluarga, sebagian lagi untuk tempat tinggal para murid yang belajar tahfiz dengannya. Dari sanalah kemudian beliau dilirik oleh seseorang yang secara materi dan empati besar mengajaknya berkolaborasi untuk membangun sebuah pesantren Modern di daerah Tangerang Kota. Maka sejak 2021, berdirilah Pesantren Tahfiz Ar Rahmah di bilangan jalan Gatot Subroto.
Tiga konsep yang dikembangkan di Ar Rahmah menurut Ustad Teguh ini adalah :
Pertama, pengembangan bahasa asing (multilingual) yang saat ini baru bahasa Inggris dan Arab dijadikan bahasa pengantar pembelajaran selain bahasa Indonesia. “Ke depan, kita siap menjalin kerjasama dengan beberapa negara. Kita sudah menjalin komunikasi dengan Kazan University di Rusia. Semoga jika sekolah Lanjutan tingkat SMA sudah berjalan, kerjasama dengan Kazan University bisa kita jalankan,” ujarnya penuh semangat. Selain Kazan di Rusia, pihaknya juga menjalin komunikasi dengan Universitas Ibnu Khaldun Turki.
Kedua, hafalan 30 juz Alquran bagi santri di tingkat SMP. Tujuannya agar masuk ke SMA, sudah bisa menentukan jurusan, tapi bernuansa Quran. “Jadi santri yang mau jadi dokter, mereka memahami konsep ilmu kedokteran berlandaskan Alquran. Jika mereka memilih menjadi anggota TNI, mereka akan menjadi prajurit TNI yang memahami nilai-nilai qurani, dan sebagainya,” demikian Ustad Teguh menjelaskan.
Konsep ketiga adalah materi kurikulum nasional dari pemerintah. Jadi metode pembelajaran yang diterapkan tetap mengacu pada tujuan dan sistem pendidikan nasional.
Saat diajak mengelilingi area pesantren, kami dibuat takjub dengan fasilitas yang ada di Ar Rahmah. Selain ruang belajar empat lantai yang megah dan modern, dilengkapi fasilitas kesehatan standar rumah sakit, juga ada ruang perpustakaan, ruang kegiatan ekstra kurikuler santri, dan lain-lain. Dibelakang gedung belajar, berdiri juga asrama empat lantai dengan daya tampung bisa diisi oleh 1000 santri. Bahkan tiap kamar tidur telah dilengkapi penyejuk ruang (AC).
Diluar sarana belajar dan asrama, bertengger megah sebuah masjid yang dilengkapi aula besar dan masyarakat bisa menggunakan aula tersebut untuk kepentingan lain atas ijin pengelola bahkan secara cuma-cuma alias gratis. Saat ini, jumlah santri yang ada tingkat 2 sebanyak 38 santri dan tingkat 1 sebanyak 47 santri.
Secara terbuka, Ustad Teguh juga menyampaikan, biaya awal pendaftaran masuk ke pesantren Ar Rahmah sebesar 30 juta dan SPP perbulan 3,6 juta.
Biaya tersebut sudah termasuk asrama, makan, laundry, dan fasilitas lainnya. Jadi menurutnya, fasilitas yang disediakan, bukan bertujuan memanjakan para santri, tapi lebih untuk membuat para santri merasa nyaman dan fokus belajar, khususnya mendalami kitab suci Alquran, agar selepas menempuh pendidikan, mereka menjadi manusia yang sempurna secara ilmu dan juga keimanannya.