Kudus (Jateng), SUARAKLATEN.id – Melanjutkan pendidikan di luar negeri merupakan impian banyak orang. Apalagi jika bisa mengenyam kuliah di Strata yang lebih tinggi pada usia muda. Hal ini dialami oleh Ravida Chauria Shavir. Perempuan berusia 22 tahun asal kota Kudus ini berhasil diterima lewat jalur fast track pada program Doctor in Philosophy (Ph.D) di Department of Da’wah and Human Resources Development, University of Malaya, Malaysia. Kampus tersebut menempati peringkat 70, pada top global university yang dirilis oleh 9S World University Rankings pada tahun 2023.
Ravida merupakan alumni S1 Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang baru diwisuda pada bulan Maret 2023 lalu. Gadis yang akrab dipanggil Chaur oleh teman-temannya ini terinspirasi dari Ayahnya yang juga memiliki latar belakang pendidikan yang mirip dengannya.
“Dulu ayah saya menyelesaikan S1 di IAIN Walisongo Semarang, dan S3 di University of Malaya, di program studi yang sama dengan saya, yaitu Da’wah and Human Resources Development, tanpa melalui S2. Modal Ayah saya saat itu adalah karya beliau yang berkisar 25an judul buku terbitan Malaysia yang dibawanya menghadap Direktur pascasarjana untuk mendaftar S3 dan disetujui. Tanpa sejumlah karya buku itu tidak mungkin ayah saya langsung diterima,” tegasnya.
Alumni SD Nawakartika, MTs Banat Kudus, dan Pondok Modem Darussalam Gontor Putri ini menuturkan bahwa dirinya melamar menjadi mahasiswa S3 di University of Malaya, Malaysia 2 bulan sebelum dirinya diwisuda sarjana.
“Saat itu saya mencoba mengirim email kepada 2 Professor yang memiliki bidang yang sama dengan saya, yaitu Komunikasi Antar Budaya dan Masyarakat Minoritas,” tuturnya.
Kurang dari 1 minggu, salah satu dan Professor menjawab, dan memintanya untuk segera mendaftar resmi dengan melengkapi beberapa dokumen, termasuk bukti penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal.
“Ketika mengirim email yang pertama, saya memang melampirkan hasil penelitian saya yang telah diterbitkan di beberapa jurnal dan proceeding internasional. Mungkim faktor publikasi inilah beliau menyarankan saya untuk segera mendaftar resmi ke Universitas,” lanjutnya.
Menurutnya pada program akselerasi ini, yang harus ditunjukkan adalah pengalaman meneliti dan publikasi hasil penelitian Beruntung, selama 3 tahun 5 bulan Ravida yang lulus dengan predikat Cumlaude (IPK 3,89) ini telah menerbitkan 3 artikel di jurnal nasional terakreditasi Sinta 2, 3 dan 4. Selain itu, dirinya juga memiliki 3 artikel di proceeding Internasional, yang salah satunya terbit di Springer.
Untuk diterima di program Ph D, Ravida tidak mendapatkan keberuntungan begitu saja. Dia sudah mempersiapkannya sejak awal menempuh pendidikan di Strata 1. Bahkan 2 bulan sejak menjadi mahasiswa baru, dirinya berani mengikuti International Conference Da’wah and Islamic Management (ICDAIM) di Universiti Sains Islam Malaysia di saat dirinya masih semester 1, dengan mempresentasikan hasil penelitiannya mengenai dakwah online dan pengaruhnya terhadap generasi milenial di Yogyakarta. Dia mengaku syok dan kaget setelah mengetahui bahwa peserta yang tampil mayoritas bergelar profesor dan doktor. Bagaimana tidak, baru pertama ikut konferensi, pesertanya adalah para ilmuan luar negeri yang expert pada bidang Dakwah dan Management.
Ravida mengatakan, tema yang disajikan dalam proposal disertasinya adalah mengenai komunitas Tionghoa-Muslim di Indonesia, di mana tema ini adalah kelanjutan dari penelitian skripsinya mengenas komunikasi antar budaya masyarakat Tionghoa-Muslim di Yogyakarta. Pada saat dirinya diwawancara Ravida menuturkan bahwa menurut salah seorang penguji, tema yang disampaikan cukup menarik, karena di Malaysia komunitas Tionghoa-Muslim juga memiliki organisasi yang kuat, sehingga diharapkan muncul studi komparasi antara dua kawasan.
“Saat melakukan wawancara dengan 4 Professor, beberapa pertanyaan yang dilontarkan mereka adalah, sejauh mana kesiapan saya dalam melakukan penelitian. Apakah sudah pernah mempresentasikan hasil penelitian dan mempublikasikannya? Selain itu, pertanyaan yang paling penting adalah, pada jenjang S3 nanti, apa yang akan diteliti? Apakah linier dengan penelitian pada jenjang sebelumnya,” ucapnya.
Bagi Ravida, capaian ini sebenarnya bisa dilakukan siapa saja. Kata kuncinya terus berlatih menulis dan tak bosan membaca. “Sebab kalau kita mudah bosan membaca dan tidak ada semangat mengasah kemampuan menulis, ya selesai”, imbuhnya.
Setelah dinyatakan diterima sebagai mahasiswa S3, saat ini Ravida sedang mengumpulkan beberapa dokumen persyaratan untuk mendaftar beasiswa LPDP Luar Negeri Batch 2 yang akan dibuka pada Juli 2023 mendatang. “Saat ini saya sedang menunggu sponsorship yang berkenan membiayai perkuliahan S3 saya, dan juga masih berusaha untuk mendaftar beasiswa LPDP Luar Negeri,” pungkasnya.